Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software For evaluation only. ANALISIS POTENSI DAN PERMASALAHAN SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR BANYUWANGI I. ANALISIS POTENSI SUMBERDAYA PERIKANAN A.
PENDAHULUAN Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak di ujung timur pulau Jawa, memiliki luas total wilayah sekitar 578.250 ha. Wilayah daratannya terdiri atas dataran tinggi berupa pegunungan, yang merupakan daerah penghasil perkebunan, dan dataran rendah dengan berbagai potensi produk hasil pertanian, serta daerah sekitar garis pantai yang membujur dari arah utara ke selatan yang merupakan daerah penghasil berbagai biota laut. Berdasarkan garis koordinatnya, posisi Kabupaten Banyuwangi terletak di antara 7°43’ - 8°46’ LS dan 113°53’ 114°38’ BT. Dengan batas – batas wilayah Kabupaten Banyuwangi sebagai berikut: Sebelah Sebelah Sebelah Sebelah Utara Timur Selatan Barat:::: Kabupaten Situbondo Selat Bali Samudera Indonesia Kabupaten Jember dan Bondowoso Kabupaten Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km serta jumlah pulau-pulau kecil sebanyak 16 buah (tujuh diantaranya belum bernama), dengan luas perairan sebesar 175,8 km X 4 mil laut (175,8 km X 6,4 km = 485,12 km2).
Kawasan pesisir dan laut Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah yang sangat strategis karena letaknya yang merupakan sisi penghubung antara wilayah di pulau Jawa dan pulau Bali, wilayah perairannya di bagian utara merupakan bagian dari perairan laut Jawa sementara di bagian timur merupakan bagian dari selat Bali dan di bagian selatan merupakan bagian dari samudera Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam. Seluruh wilayah tersebut telah memberikan manfaat besar bagi kemajuan ekonomi penduduk Kabupaten Banyuwangi.
Wilayah pesisir Kabupaten Banyuwangi yang berbatasan langsung dengan pantai berjumlah 11 kecamatan pesisir yaitu Kecamatan Wongsorejo, Kecamatan Kalipuro, Kecamatan Banyuwangi, Kecamatan Kabat, Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Muncar, Kecamatan Tegaldilmo, Kecamatan Purwoharjo, Kecamatan Bangorejo, Kecamatan Siliragung dan Kecamatan Pesanggaran. Morfologi pantai Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 3 (tiga) kelompok sudut kelerengan yaitu dataran landai dengan sudut lereng 010°, perbukitan bergelombang landai 10 – 45° dan perbukitan bergelombang terjal 45 - 90°. Dataran landai pada umumnya terdapat di Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software For evaluation only.
Daerah teluk yang panjang dan lebar seperti di daerah Banyuwangi, Grajagan, Pancer, Rajegwesi dan Sukamade. Perbukitan bergelombang merupakan ujung dari perbukitan yang terdapat di pantai, sedangkan perbukitan bergelombang terjal merupakan tebing-tebing curam di daerah tanjung.
Contoh perbukitan bergelombang terjal adalah bagian selatan Alas Purwo dan beberapa daerah pantai Pesanggaran. Hasil pengukuran pasang surut di daerah sekitar watudodol yang mewakili daerah Banyuwangi bagian timur diperoleh nilai F = 0,52 yang berarti kondisi ini menunjukan tipe mixed tide predominantly semi diurnal, yaitu pasang campuran yang condong ke harian ganda yang artinya dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut.
Kecepatan arus laut di pantai timur Banyuwangi pada arus permukaan berkisar antara 0,91 – 1,47 m/det, arus pertengahan berkisar antara 0,10 – 3,94 m/det, dan arus dalam kecepatannya berkisar antaran 0,18 – 1,39 m/det. Nilai pasang surut di perairan wilayah kabupaten Banyuwangi sebelah selatan berdasar Konstanta Admirally di peroleh nilai F (form Zahl) = 0,35 yang berarti bahwa pasang surut di daerah perairan selatan Kabupaten Banyuwangi adalah pasang surut campuran yaitu condong keharian ganda. Kecepatan arus laut di pantai selatan Banyuwangi pada arus permukaan berkisar antara 0,01 – 0,49 m/det, arus pertengahan berkisar antara 0,02 – 0,20 m/det, dan arus dalam kecepatannya berkisar antaran 0,15 – 0,93 m/det. Sumber Daya Perikanan B.1.
Potensi Perikanan Tangkap Jumlah produksi perikanan untuk setiap Kecamatan Di kabupaten Banyuwangi tidak sama. Dari semua jumlah produksi yang ada dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan potensi perikanan sangat mudah untuk di kembangkan, apalagi disamping potensi lautnya, lahan untuk area tambak pun sangat luas. Jenis alat tangkap yang digunakan akan menentukan kemampuan produksi ikan yang di peroleh, Data Jenis Alat Tangkap dan Kemampuan Produksi (kg) Di Wilayah Pesisir Kabupaten Banyuwangi tahun 2007-2008 No. Jenis Alat Tangkap Purse Seine Payang Gill Net Prawai Pancing lainnya Bagan 2007 56.513.878 1.710.323 1.101.789 649.368 1.170.842 274.946 2008 31.741.274 2.641.202 1.408.000 680.650 744.461 2.291.969 Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software For evaluation only. Jenis Alat Tangkap Lain-lain 2007 380.292 2008 724.298 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi Berdasarkan data jenis alat tangkap dan produksinya antara tahun 2007 dengan 2008 terdapat perbedaan, terlihat bahwa produksi alat tangkap purse seine mengalami penurunan cukup besar, hal ini juga kemungkinan disebabkan karena terjadi over fishing, kurangnya rumpon dan peningkatan harga BBM sehingga kapal purse seine banyak yang tidak beroperasi sehingga produksinya mengalami penurunan, sebaliknya untuk payang mengalami peningkatan begitu juga dengan gill net.
Adapun jumlah total produksi perikanan di setiap Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi tercantum dalam Tabel berikut ini: Tabel 2 Produksi Perikanan Tangkap (kg) per Kecamatan Di Wilayah Pesisir Kabupaten Banyuwangi Tahun 2004-2008 No 1. Kecamatan Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo 2004 25.484.423 898.690 466.034 261.445 67.909 66.871 33.214 187.776 23.410 27.489.772 2005 17.383.680 1.631.382 354.934 503.908 45.960 47.518 64.828 288.262 36.798 40.467.495.
Seiring kebutuhan rumput laut yang semakin meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri, sekaligus memperbesar devisa negara dari sektor non-migas, maka cara terbaik untuk tidak selalu menggantungkan persediaan dari alam adalah dengan melakukan budidaya rumput laut. Hingga saat ini, produksi rumput laut sangat besar didukung oleh budidaya. Berdasarkan data DKP, 99.73 persen produksi Indonesia adalah dari hasil budidaya. Hal tersebut dapat terjadi karena potensi alam Indonesia yang sangat mendukung dan hampir dapat dilakukan di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa persyaratan yang diperhatikan terkait dengan lokasi yakni: perairan cukup tenang, terlindung dari pengaruh angin dan ombak; tersedianya sediaan rumput alami setempat (indikator); juga dengan kedalaman yang tidak boleh kurang dari dua kaki (sekitar 60 cm) pada saat surut terendah dan tidak boleh lebih dari tujuh kaki (sekitar 210 cm) pada saat pasang tertinggi.
Selain itu juga harus didukung dasar perairan (tipe dan sifat substratum) yang digunakan. Faktor lain yang juga perlu diperhatikan adalah kualitas air, akses tenaga kerja, perizinan, dan sebagainya. Setelah menemukan lokasi yang secara umum sudah baik, perlu dilakukan uji penanaman untuk mengetahui apakah daerah tersebut memberikan pertumbuhan yang baik atau tidak. Pengujian dilakukan dengan metode tali dan metode jaring.
Pada metode tali digunakan tali monofilament atau polyethilene yang diikatkan pada dua tiang pancang yang dipasang dengan jarak sekitar 12 meter. Sedangkan pada metode jaring dapat menggunakan jaring monofilament atau polyethilene dengan ukuran 5 x 2.5 m yang diikatkan pada tiang pancang. Budidaya rumput laut di tambak merupakan salah satu cara pemanfaatan lahan untuk memenuhi permintaan rumput laut yang semakin meningkat, terutama untuk rumput laut jenis Gracillaria sp. Budidaya rumput laut di tambak memiliki lebih banyak keunggulan daripada budidaya di perairan pantai (laut).
Keuntungan itu antara lain: tanaman rumput laut agak terlindungi dari pengaruh lingkungan yang kurang sesuai, serta juga memungkinkan untuk dilakukan pemupukan, termasuk kemudian mengontrol kualitas air, khususnya salinitas.
Kapan pemanfaatan rumput laut di Indonesia tidak diketahui. Hanya pada waktu bangsa Portugis datang ke Indonesia sekitar tahun 1292, rumput laut telah dimanfaatkan sebagai sayuran. Baru pada masa sebelum perang dunia ke - 2, tercatat bahwa Indonesia telah mengekspor rumput laut ke Amerika Serikat, Denmark, dan Perancis. Sekarang ini rumput laut di Indonesia banyak dikembangkan di pesisir pantai Bali dan Nusa Tenggara. Mengingat panjangnya garis pantai Indonesia (81.000 km), maka peluang budidaya rumput laut sangat menjanjikan. Jika menilik permintaan pasar dunia ke Indonesia yang setiap tahunnya mencapai rata - rata 21,8% dari kebutuhan dunia, sekarang ini pemenuhan untuk memasok permintaan tersebut masih sangat kurang, yaitu hanya berkisar 13,1%.
Rendahnya pasokan dari Indonesia disebabkan karena kegiatan budidaya yang kurang baik dan kurangnya informasi tentang potensi rumput laut kepada para petani. Kandungan Rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah (Rhodophyceae) karena mengandung agar - agar, keraginan, porpiran, furcelaran maupun pigmen fikobilin (terdiri dari fikoeretrin dan fikosianin) yang merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak karbohidrat. Tetapi ada juga yang memanfaatkan jenis ganggang coklat (Phaeophyceae).
Ganggang coklat ini banyak mengandung pigmen klorofil a dan c, beta karoten, violasantin dan fukosantin, pirenoid, dan lembaran fotosintesa (filakoid). Selain itu ganggang coklat juga mengandung cadangan makanan berupa laminarin, selulose, dan algin. Selain bahan - bahan tadi, ganggang merah dan coklat banyak mengandung jodium. Agar - agar Masyarakat pada umumnya mengenal agar - agar dalam bentuk tepung yang biasa digunakan untuk pembuatan puding. Akan tetapi orang tidak tahu secara pasti apa agar - agar itu.
Agar - agar merupakan asam sulfanik yang meruapakan ester dari galakto linier dan diperoleh dengan mengekstraksi ganggang jenis Agarophytae. Agar - agar ini sifatnya larut dalam air panas dan tidak larut dalam air dingin. Sekarang ini penggunaan agar - agar semakin berkembang, yang dulunya hanya untuk makanan saja sekarang ini telah digunakan dalam industri tekstil, kosmetik, dan lain - lain. Fungsi utamanya adalah sebagai bahan pemantap, dan pembuat emulsi, bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pembuat gel. Dalam industri, agar - agar banyak digunakan dalam industri makanan seperti untuk pembuatan roti, sup, saus, es krim, jelly, permen, serbat, keju, puding, selai, bir, anggur, kopi, dan cokelat.
Harga Rumput Laut
Dalam industri farmasi bermanfaat sebagai obat pencahar atau peluntur, pembungkus kapsul, dan bahan campuran pencetak contoh gigi. Dalam industri tekstil dapat digunakan untuk melindungi kemilau sutera. Dalam industri kosmetik, agar - agar bermanfaat dalam pembuatan salep, krem, lotion, lipstik, dan sabun. Selain itu masih banyak manfaat lain dari agar - agar, seperti untuk pembuatan pelat film, pasta gigi, semir sepatu, kertas, dan pengalengan ikan dan daging. Keraginan Keraginan merupakan senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1 - 4 glikosilik. Ciri kas dari keraginan adalah setiap unit galaktosanya mengikat gugusan sulfat, jumlah sulfatnya lebih kurang 35,1%. Kegunaan keraginan hampir sama dengan agar - agar, antara lain sebagai pengatur keseimbangan, pengental, pembentuk gel, dan pengemulsi.
Keraginan banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan kue, roti, makroni, jam, jelly, sari buah, bir, es krim, dan gel pelapis produk daging. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk pasta gigi dan obat - obatan. Selain itu juga dapat dimanfaatkan dalam industri tekstil, kosmetik dan cat. Algin (Alginat) Algin ini didapatkan dari rumput laut jenis algae coklat. Algin ini merupakan polimer dari asam uronat yang tersusun dalam bentuk rantai linier panjang. Bentuk algin di pasaran banyak dijumpai dalam bentuk tepung natrium, kalium atau amonium alginat yang larut dalam air. Kegunaan algin dalam industri ialah sebagai bahan pengental, pengatur keseimbangan, pengemulsi, dan pembentuk lapisan tipis yang tahan terhadap minyak.
Algin dalam industri banyak digunakan dalam industri makanan untuk pembuatan es krim, serbat, susu es, roti, kue, permen, mentega, saus, pengalengan daging, selai, sirup, dan puding. Dalam industri farmasi banyak dimanfaatkan untuk tablet, salep, kapsul, plester, dan filter. Industri kosmetik untuk cream, lotion, sampo, cat rambut. Dan dalam industri lain seperti tekstil, kertas, fotografi, insektisida, pestisida, dan bahan pengawet kayu. Fungsi TON dalam Ekologi Rumput Laut Rumput laut pertama kali ditemukan hidup secara alami bukan hasil budidaya. Mereka tersebar di perairan sesuai dengan lingkungan yang dibutuhkannya. Rumput laut memerlukan tempat menempel untuk menunjang kehidupannya.
Di alam tempat menempel ini bisa berupa karang mati, cangkang moluska, dan bisa juga berupa pasir dan lumpur. Selain itu rumput laut sangat membutuhkan sinar matahari untuk melangsungkan proses fotosintesa. Banyaknya sinar matahari ini sangat dipengaruhi oleh kecerahan air laut. Supaya kebutuhan sinar matahari tersedia dalam jumlah yang optimal maka harus diatur kedalaman dalam membudidayakannya. Kedalaman idealnya adalah berada 30 - 50 cm dari permukaan air. Proses fotosintesa rumput laut tidak hanya dipengaruhi oleh sinar matahari saja, tetapi juga membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang cukup baik makro maupun mikro.
Unsur hara ini banyak didapatkan dari lingkungan air yang diserap langsung oleh seluruh bagian tanaman. Untuk mensuplai unsur hara ini biasanya dilakukan pemupukan selama budidaya. Untuk membantu menyediakan unsur hara dalam jumlah yang optimal dan supaya cepat diserap oleh rumput laut ini, maka harus disediakan unsur hara yang sudah dalam keadaan siap pakai (ionik).
Unsur hara ini banyak dikandung dalam., mengandung segala bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pertumbuhan rumput laut. Baik menyediakan unsur hara mikro lengkap, juga menyediakan unsur makro. Selain itu juga akan meningkatkan kualitas rumput laut, karena akan menurunkan tingkat pencemaran logam berat yang juga akan terserap oleh rumput laut. Jika logam berat ini tidak ada yang mengikat, maka akan ikut terserap dalam proses absorbsi unsur hara dari rumput laut, sehingga sangat berbahaya bagi konsumen. Dengan adanya, logam berat ini akan terikat dalam bentuk senyawa dan akan mengendap atau sulit terserap oleh proses absorbsi.
Pertumbuhan rumput laut juga dipengaruhi oleh jumlah oksigen terlarut (DO), salinitas (kadar garam) dan temperatur. Kandungan Oksigen selain dipengaruhi oleh gerakan air juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur hara. Sehingga juga sangat penting untuk menunjang ketersediaan oksigen di perairan.
Temperatur ideal bagi pertumbuhan rumput laut adalah berkisar 200 - 280 C Dengan tersedianya unsur hara dalam jumlah yang optimal dan kondisi lingkungan yang seimbang karena pengaruh, maka kualitas dan kuantitas bahan - bahan yang dikandung oleh rumput laut juga akan meningkat. Selain itu, pemakaian untuk budidaya rumput laut juga akan membantu mengikat senyawa - senyawa dan unsur - unsur berbahaya dalam perairan. Senyawa - senyawa dan unsur-unsur ini jika teradsorbsi dalam sistem metabolisme rumput laut, akan mengganggu pertumbuhan rumput laut dan juga akan menurunkan kualitas hasilnya. Selain itu jika rumput laut ini akan digunakan untuk bahan makanan, akan sangat berbahaya bagi yang menkonsumsinya. Kandungan senyawa karbon aktif dari akan sangat membantu untuk mereduksi senyawa-senyawa dan unsur - unsur berbahaya tersebut.
Budidaya Rumput Laut dan Cara Pemakaian TON (Tambak Organik Nusantara) Dalam menjalankan budidaya rumput laut, pertama yang harus diperhatikan adalah pemilihan lokasi budidaya. Sebaiknya lokasi budidaya diusahakan di perairan yang tidak mengalami fluktuasi salinitas (kadar garam) yang besar dan bebas dari pencemaran industri maupun rumah tangga. Selain itu pemilihan lokasi juga harus mempertimbangkan aspek ekonomis dan tenaga kerja. Budidaya rumput laut dapat dilakukan di areal pantai lepas maupun di tambak. Dalam pembahasan sekarang ini kita akan menekankan pada budidaya di tambak. Hal ini mengingat peran yang tidak efektif jika diperairan lepas (pantai). Untuk budidaya perairan lepas dibedakan dalam beberapa metode, yaitu.
Metode Lepas Dasar Dimana cara ini dikerjakan dengan mengikatkan bibit rumput laut pada tali - tali yang dipatok secara berjajar - jajar di daerah perairan laut dengan kedalaman antara 30 - 60 cm. Rumput laut ditanam di dasar perairan. Metode Rakit Cara ini dikerjakan di perairan yang kedalamannya lebih dari 60 cm. Dikerjakan dengan mengikat bibit rumput di tali - tali yang diikatkan di patok - patok dalam posisi seperti melayang di tengah - tengah kedalaman perairan. Metode Tali Gantung Jika dua metode di atas posisi bibit - bibit rumput laut dalam posisi horizontal (mendatar), maka metode tali gantung ini dilakukan dengan mengikatkan bibit - bibit rumput laut dalam posisi vertikal (tegak lurus) pada tali - tali yang disusun berjajar. Pemakaian dengan 3 cara di atas hanya dapat dilakukan dengan sistem perendaman bibit.
Karena jika diaplikasikan di perairan akan tidak efektif dan akan banyak yang hilang oleh arus laut. Metode perendaman bibit dilakukan dengan cara:. Larutkan dalam air laut yang ditempatkan dalam wadah. Untuk 1 liter air laut diberikan seperempat sendok makan (5 - 10 gr) dan tambahkan 1 - 2 cc. Rendam selama 4 - 5 jam, dan bibit siap ditanam.
Pemakaian akan sangat efektif jika diaplikasikan dalam budidaya rumput laut di tambak. Cara budidaya di tambak ini dapat dilakukan dengan metode tebar. Caranya adalah sebagai berikut:. Tambak harus dilengkapi saluran pemasukan dan pengeluaran. Tambak dikeringkan dahulu. Taburkan kapur agar pH-nya netral ( 0,5 - 2 ton per-hektar tergantung kondisi keasaman lahan).
Diamkan selama 1 minggu. Aplikasikan, dengan dosis 1 - 5 botol per-hektar (untuk daerah - daerah yang tingkat pencemarannya tinggi, dosisnya ditinggikan), dengan cara dilarutkan dengan air dahulu, kemudian disebar secara merata di dasar tambak. Diamkan 1 hari. Masukkan air sampai ketinggian 70 cm. Tebarkan bibit rumput laut yang sudah direndam dengan dan seperti cara perendaman di atas. Dengan kepadatan 80 - 100 gram/m2.
Bila dasar tambak cukup keras, bibit dapat ditancapkan seperti penanaman padi. Tidak perlu ditambah pupuk makro. Pemeliharaan dan aplikasi TON (Tambak Organik Nusantara) susulan. Selama budidaya, harus dilakukan pengawasan secara kontinyu. Khusus untuk budidaya di tambak harus dilakukaan minimal 1 - 2 minggu setelah penebaran bibit, hal ini untuk mengontrol posisi rumput laut yang ditebar. Biasanya karena pengaruh angin, bibit akan mengumpul di areal tertentu, jika demikian harus dipisahkan dan ditebar merata lagi di areal tambak.
Kotoran dalam bentuk debu air (lumpur terlarut/ suspended solid) sering melekat pada tanaman, apalagi pada perairan yang tenang seperti tambak. Pada saat itu, maka tanaman harus digoyang - goyangkan di dalam air agar tanaman selalu bersih dari kotoran yang melekat. Kotoran ini akan mengganggu metabolisme rumput laut. Beberapa tumbuhan laut seperti Ulva, Hypea, Chaetomorpha, dan Enteromorpha sering membelit tanaman. Tumbuhan - tumbuhan tersebut harus segera disingkirkan dan dipisahkan dari rumput laut agar tidak menurunkan kualitas hasil. Caranya dengan mengumpulkannya di darat. Bulu babi, ikan dan penyu merupakan hewan herbivora yang harus dicegah agar tidak memangsa rumput laut.
Rumput Laut
Untuk menghindari itu biasanya dipasang jaring disekeliling daerah budidaya. Untuk budidaya di tambak di lakukan dengan memasang jaring di saluran pemasukan dan pengeluaran. Pemanenan Pada tahap pemanenan ini harus diperhatikan cara dan waktu yang tepat agar diperoleh hasil yang sesuai dengan permintaan pasar secara kualitas dan kuantitas. Tanaman dapat dipanen setelah umur 6 - 8 minggu setelah tanam. Cara memanen adalah dengan mengangkat seluruh tanaman rumput laut ke darat. Rumput laut yang dibudidayakan di tambak dipanen dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan sedikit untuk dikembangbiakkan lebih lanjut.
Atau bisa juga dilakukan dengan cara petik dengan memisahkan cabang - cabang dari tanaman induknya, tetapi cara ini akan berakibat didapatkannya sedikit keraginan dan pertumbuhan tanaman induk untuk budidaya selanjutnya akan menurun. Jika rumput laut dipanen pada usia sekitar satu bulan, biasanya akan diperoleh perbandingan berat basah dan berat kering 8: 1, dan jika dipanen pada usia dua bulan biasanya akan didapat perbandingan 6: 1. Untuk jenis gracilaria biasanya diperoleh hasil panen sekitar 1500 - 2000 kg rumput laut kering per- hektarnya. Diharapkan dengan penggunaan akan meningkat sekitar 30 - 100%. Kami adalah distributor resmi PT Natural Nusantara (NASA) perusahaan yang memproduksi sarana produksi agro berbasis organik. Bila Anda membutuhkan produk-produk agro dari PT NASAuntuk keperluan pemakaian sendiri atau dipasarkan kembali silahkan melakukan pemesanan secara langsung, baik secara online maupun offline. Kami melayani penjualan secara retail maupun partai dan siap dengan armada pengiriman ke seluruh wilayah Indonesia.
Hubungi kami: INTI GROW - Distributor Resmi Nasa Jl. Wahid Hasyim 63 B Yogyakarta. Telp (0274) 389986, 4546304. Mobile:0812 2652 3400, 0858 7626 7040.
Percabangan berselang seling tidak beraturan dan membentuk rumpun yang rimbun Secara tenknis budidaya rumput laut bertujuan untuk mengenalkan teknologi sederhana terhadap masyarakat dengan teknik budidaya yang efektif dan efisien, sehingga dalam aplikasinya masyarakat tidak membutuhkan keterampilan khusus atau spesifik. Saat ini, terdapat beberapa cara budidaya rumput laut yang bisa dilakukan masyarakat pesisir. Berdasarkan atas letak tanaman terhadap dasar perairan metode budidaya rumput laut, dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu. : Pada metode ini rumput laut diikat pada seutas tambang yang direntangkan antara 2 b uah patok/tiang atau pada sepo tong jaring yang direntang antara 4 buah patok/tiang dengan cara mengikat ke-empat ujung jaring pada ke-4 tiang tersebut. Pada cara ini posisi rumput laut akan tetap dan tidak berpengaruh pada pasang surutnya air laut.
Selain tali monofilament atau potongan jaring, terdapat pula digunakan jaringan berbentuk kantong. Dalam metode ini digunakan beberapa baris patok terbuat dari kayu ataupun bambu yang dipasang ke dasar perairan dan di atur berhadapan, jarak antara patok berhadapan 15 m, sedangkan antara dua patokan bersebelahan 2,5 m. Seutas tambang plastic berdiameter 8 mm direntangkan antara dua patok berhadapan. Tali tersebut disebut tali ris utama.
Metode ini lebih mudah dilaksanakan dan biayanya cukup murah. Dua tali ris utama yang terbuat dari tambang plastik direntangkan parallel pada ja rak 15 m.
Kedua tali ris tersebut diberi pelampung pada ujung-ujung dan setiap 2,0-2,5 m panjangnya. Agar tidak hanyut, kedua ujung tali ris utama ini diikatkan pada seutas tali jangkar. Tegak lurus pada kedua tali ris utama tersebut direntangkan tali -tali ris tempat mengikat rumput laut. Pada setiap tali ris utama dapat diikat 10 tali ris dengan jarak satu sama lain lebih kurang 1 m. Agar tetap mengapung tali ris diberi pelampung setiap jarak 2,0-2,5 m.
Cara Mengolah Rumput Laut
Dalam setiap tali ris ditanam 70 ikatan rumput laut dengan jarak tanam 2025 cm. Berat bibit yang ditanam/simpul 100 g. Diusahakan agar tanaman berada sekitar 5 cm dibawah permukaan air. Dengan metode ini waktu pemeliharaan berjalan 6-8 minggu dengan harapan produksi antara 700-1400 k g/unit atau satu masa tanaman.
Rumput laut yang dibudidayakan diikat pada seutas tali yang dibentang antara dua kerangka rakit. Tali rentang tersebut biasa disebut tali ris. Rakit terbuat dari bambu gelondongan berukuran 2,0 X 2,0 m² atau 2,0 X 2,5 m². Searah panjangnya direntangkan 10 utas tali ris. Pada tali ris inilah bibit rumput laut diikatkan dengan seutas tali raffia. Agar tidak hanyut rakit diberi jangkar yang terbuat dari semen atau pemberat lainnya.
Bibit yang digunakan beratnya 100 g, jarak antara ikatan bibit adalah 20 cm. Panen rumput laut dilakukan setelah berumur 45-60 hari. Dari satu unit rakit diharapkan dapat menghasilkan sekitar 20 kg rumput laut kering. Sebagaimana umumya dalam budidaya perairan, budidaya rumput lautpun perlu dilakukan beberapa langkah-langkah atau manajemen budidayanya, yang mana manajemen budidaya tersebut yang nantinya menentukan keberhasilan membudidaya rumput laut, adapun manajemennya dalam melakukan budidaya rumput laut adalah.